10:50
0
Lalu apa selebihnya dari sekedar hidup itu ?
Para pemuka agama bilang, hidup adalah coba’an
Coba’an dari siapa ?
Tentu coba’an dari Tuhan selaku pemilik hidup

Kemudian kepada kita ada yang dicoba dengan kepintaran, kekayaan, kekuasaan, ke-rupawan-an, kesenangan, keberkahan, dlsb termasuk lawan kata dari keseluruhan yang disebut tadi.

Kenapa harus dicoba ?
Gak tau lah itu Urusan Tuhan …. he he …. mau tau aje

Konon menurut kitab yang diberikan sebagai penuntun hidup olehNYA, coba’an tsb juga merupakan ujian untuk menempatkan kita entah di surga atawa di neraka kelak. Tergantung dari prestasi kita dalam menjalani ujiannya masing-2

Tidak sebagaimana materi UN (Ujian Nasional) yang banyak multiple choice-nya. Ujian kehidupan ini, melulu harus dijawab melalui essay, gak bisa main tebak pilih kancing atawa dengerin suara tokek. Udah gitu setiap so’al berbeda pula bagi setiap manusia, jangan harap bisa nyontek !

Sulit ? pasti ! …… Berat ? tentu !
Kejam dong Tuhan ….. ? ah ng’gak juga !

Selain kitab penuntun yang sudah diberikan, DIA juga telah mengutus “Tutor” yang dipercaya olehNYA yang telah mendidik para pembimbing yang kemudian kita sebut Ustadz, Pendeta, Bhiksu, dll guna membimbing manusia menghadapi ujian dalam hidup ini. Terus ada juga kegiatan “ekstra kurikuler” guna menambah nilai hasil ujian dengan cara peduli dan menolong sesama makhluk hidup.

Tiap manusia fokus dengan so’alnya sendiri-2, ng’gak ada yang namanya dimudahkan atau dipersulit olehNYA. Semakin sulit so’alnya semakin tingggi pula nilainya. Bagi mereka yang mendapat so’al mudah atau mampu mengelola so’al sulit dan memiliki kemampuan serta pemahaman, dapat menambah pundi-pundi nilainya melalui kegiatan “ektra kurikuler” tadi. Sangat Fairplay sekali !

Sampai “batas” ini, itulah hidup. Sesederhana itu. Sesimpel itu. Ng’Gak cem-macem.

Tapi apa memang demikian pemahaman manusia sekarang ini ?
Jawabannya beragam sesuai karakter masing-2. Namun tampaknya “batas” itu sudah bergeser. Kebanyakan manusia terlalu sok aksi, ikut campur urusan orang lain. Hidup yang tadinya simpel dan sederhana jadi Rumit. Ke-ikut-campur-an seseorang ditimpali pula oleh yang lainnya. Sehingga hidup jadi begitu Riweuh. Apakah ini akibat salah persepsi mengenai kegiatan “ektra kurikuler” ? entah lah ……….

Kalangan bijak bestari ada yang mengatakan. bahwa bila seseorang sedang menghadapi ujian sulit sebetulnya dia sedang diperhatikan Tuhan, disayang Tuhan untuk dibersihkan segala dosa-dosanya. Jadi kenapa yang lain harus riweuh, biarkan sesorang itu berdialog dengan sang penciptanya sendiri.

Memang ada kewajiban dari kita untuk peduli dan membantu sesama, tapi itu layak dilakukan bila kita sudah bisa mengelola so’al kita sendiri dan mampu memahami perso’alan orang lain tsb, sehingga bentuk bantuan yang diberikan pun menjadi tepat guna dan tepat sasaran serta dengan cara yang simpatik pula
Begitu kan …. ?

0 komentar:

Post a Comment